Kalau lo butuh pemain yang gak kenal capek, siap sprint bolak-balik sepanjang laga, dan doyan ganggu sisi kanan lawan — Reguilón bisa jadi jawabannya. Bek kiri ini punya style main yang khas banget: agresif, direct, dan jarang mikir dua kali buat overlap. Tapi di balik semua energi itu, karier Reguilón ternyata penuh belokan tajam. Dari akademi Real Madrid sampai muter-muter di Premier League, perjalanan dia bukan yang lurus, tapi selalu seru buat diikutin.

Real Madrid: Muncul dari Akademi, Tapi Ketahan “Nama Besar”
Sergio Reguilón lahir di Madrid tahun 1996 dan tumbuh di akademi Real Madrid, La Fábrica. Tapi lo tahu sendiri, di Madrid, bukan soal lo jago atau nggak — tapi siapa yang ada di depan lo. Di posisi bek kiri, waktu itu ada Marcelo, dan kemudian datang Ferland Mendy.
Reguilón sempat naik ke tim utama dan nunjukin performa solid. Dia bukan cuma sekadar backup. Di beberapa pertandingan besar, dia nunjukin kualitasnya: pressing tinggi, crossing tajam, dan positioning yang rapi. Tapi karena Madrid lebih milih rotasi dengan nama besar, Reguilón akhirnya cari kesempatan main reguler di tempat lain.
Meledak di Sevilla: Jadi Starter dan Bantu Juara Liga Europa
Musim 2019/20, Reguilón dipinjemin ke Sevilla — dan di sinilah dia benar-benar meledak. Di bawah pelatih Julen Lopetegui, dia langsung jadi starter tetap. Bukan cuma rajin naik-turun, tapi juga tajam bantu serangan. Dia nyumbang assist, cetak gol, dan jadi salah satu bek kiri paling produktif di La Liga.
Puncaknya? Reguilón bantu Sevilla juara Liga Europa, dan performanya dapet spotlight internasional. Umpan silang tajam, overlap cerdas, dan stamina gila bikin dia masuk radar banyak klub Premier League. Waktu itu, semua kelihatan kayak momen ideal buat loncat ke level berikutnya.
Pindah ke Tottenham: Harapan Tinggi, Realita Nggak Selalu Mulus
Tahun 2020, Tottenham Hotspur ngedatengin Reguilón dengan ekspektasi tinggi. Fans seneng, karena Spurs emang butuh bek kiri ofensif yang bisa bantu counter cepat dan support sayap. Dan awalnya, Reguilón tampil menjanjikan. Beberapa laga awal dia kasih assist buat Kane dan Son, plus jadi senjata utama dari kiri.
Tapi seiring waktu, konsistensi jadi masalah. Bukan karena dia main buruk, tapi karena cedera dan rotasi pelatih bikin dia kehilangan momentum. Dari Jose Mourinho ke Nuno Espírito Santo sampai Antonio Conte, tiap pelatih punya gaya sendiri. Reguilón kadang dipaksa main sebagai wingback murni, kadang sebagai fullback bertahan. Dan di tengah sistem yang berubah-ubah, dia kesulitan nemuin peran yang stabil.
Dipinjamkan Lagi: Dari Atlético Madrid Sampai Manchester United
Setelah kehilangan tempat di starting XI Tottenham, Reguilón akhirnya mulai masuk mode “keliling pinjaman”. Tahun 2022 dia dipinjamkan ke Atlético Madrid. Tapi karena cedera panjang dan sistem Simeone yang lebih defensif, dia jarang dapet menit bermain.
Musim 2023/24, dia sempat balik ke Inggris dan dipinjam Manchester United. Dan lucunya, di tengah krisis bek kiri MU (karena Shaw dan Malacia cedera), Reguilón tampil cukup solid. Meski gak spektakuler, dia tetap kasih energi, kasih lebar, dan nunjukin bahwa dia masih punya kualitas buat main di top level. Tapi setelah pemain utama pulih, dia lagi-lagi harus puas di bangku cadangan.
Gaya Main: Bek Kiri “Ngacir” yang Punya Naluri Serangan Tinggi
Reguilón bukan bek yang pasif. Lo gak bakal liat dia nunggu di belakang doang. Dia tipe pemain yang suka ngambil risiko, overlap terus, bahkan kadang masuk ke dalam kotak penalti. Dalam transisi cepat, dia sangat efektif — bisa jadi pemicu serangan balik dan penutup ruang saat counter lawan.
Kelebihan utamanya:
- Kecepatan dan stamina: Lo bakal liat dia lari sepanjang garis lapangan dari menit 1 sampai akhir.
- Umpan silang: Crossing-nya akurat dan sering ngarah ke second post, cocok buat striker kayak Kane atau Rashford.
- Agresivitas: Dia gak takut duel, dan selalu coba rebut bola lebih awal.
Tapi kekurangannya juga jelas:
- Sering terlalu maju: Kadang terlalu bernafsu naik, jadi meninggalkan ruang kosong di belakang.
- Positional awareness belum selalu konsisten, terutama kalau lawan mainkan switch play.
Karakter di Lapangan: Fighter Tanpa Drama
Reguilón punya aura “gak mau kalah”. Lo bisa lihat dari cara dia ngejar bola yang udah keliatan out, atau nyoba blok tembakan meski posisi udah susah. Dia bukan pemain yang banyak gaya atau cari spotlight, tapi selalu all-out waktu turun ke lapangan.
Secara mentalitas, dia profesional banget. Gak pernah kedengeran drama soal minta main, gak suka tampil di media buat ngeluh, dan selalu nunjukin etika kerja tinggi. Bahkan waktu dipinjam ke klub yang bukan andalan utamanya, dia tetap tampil maksimal.
Masih Punya Masa Depan? Jawabannya: Tergantung Sistem
Di usia 27 tahun, Reguilón masih ada di fase prime seorang pemain. Tapi kariernya sekarang tergantung di mana dia main dan siapa pelatihnya. Kalau dia dapet tim yang main dengan sistem fullback ofensif — kayak Brighton, Napoli, atau bahkan tim-tim Bundesliga — dia bisa balik ke performa puncak.
Tapi kalau terus dipasang dalam sistem yang kaku, atau disuruh lebih banyak bertahan, dia bakal kesulitan. Dia bukan bek buat “parkir bus”. Dia adalah senjata sayap kiri yang harus dilepas bebas.
Kesimpulan: Sergio Reguilón, Si Bek Kiri yang Selalu Siap Tempur Tapi Butuh Kebebasan
Sergio Reguilón bukan nama yang sering masuk tim terbaik musim ini atau trending tiap pekan, tapi lo gak bisa nolak kalau dia punya kualitas. Masalahnya bukan di skill atau fisik — tapi soal sistem, kestabilan, dan kepercayaan pelatih.
Dia adalah pemain yang siap gas terus, punya semangat tinggi, dan cocok buat tim yang main dengan intensitas tinggi. Kalau dia dapet tempat yang pas, Reguilón bisa balik jadi bek kiri menyerang yang berbahaya kayak waktu dia bersinar di Sevilla.