Distribusi energi hijau Indonesia didominasi dua sumber utama yang terus menunjukkan tren positif hingga pertengahan tahun 2025. Dalam laporan terbaru dari Kementerian ESDM dan Badan Energi Terbarukan Nasional (BETN), dua kontributor terbesar dalam peta energi bersih nasional adalah Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Kedua sumber ini tidak hanya mendominasi dari sisi kapasitas terpasang, tetapi juga dalam kontribusi nyata terhadap target bauran energi nasional.

Dominasi PLTS dan PLTA dalam Distribusi Energi Hijau Indonesia
Menurut data resmi yang dirilis bulan Mei 2025, PLTS dan PLTA menyumbang lebih dari 70% total energi terbarukan yang terdistribusi di Indonesia. PLTS menyumbang sekitar 37%, sementara PLTA menyumbang sekitar 34%, menjadikan keduanya tulang punggung dalam agenda dekarbonisasi nasional.
Khususnya di wilayah Indonesia bagian timur, seperti Nusa Tenggara dan Maluku, proyek PLTS skala besar menjadi solusi efektif untuk mengatasi keterbatasan infrastruktur listrik. Sementara itu, potensi air yang besar di pulau-pulau besar seperti Sumatera dan Kalimantan menjadikan PLTA sebagai sumber yang sangat strategis.
Pemerataan Distribusi Energi Hijau Antar Pulau
Salah satu tantangan dalam distribusi energi hijau Indonesia adalah memastikan pemerataan akses antar wilayah. Pemerintah bersama PLN telah menerapkan kebijakan integrasi energi hijau melalui sistem jaringan interkoneksi antar pulau. Wilayah Jawa-Bali masih menjadi pusat konsumsi dan produksi energi bersih terbesar, tetapi perhatian mulai diarahkan ke wilayah timur Indonesia.
Distribusi energi hijau Indonesia didominasi dua sumber utama bukan hanya dari segi produksi, namun juga dari implementasi teknologi penyimpanan seperti baterai skala besar (battery storage). Ini sangat penting untuk menjamin kontinuitas pasokan listrik di daerah terpencil, terutama untuk PLTS yang bersifat intermiten.
Inisiatif Pemerintah dan Sektor Swasta
Dalam beberapa tahun terakhir, sinergi antara sektor publik dan swasta meningkat drastis. Pemerintah mendorong investasi hijau melalui skema feed-in tariff dan insentif fiskal untuk pengembang proyek PLTS dan PLTA. Perusahaan seperti Pertamina New & Renewable Energy (Pertamina NRE), PLN Energi Primer, serta berbagai startup energi telah memulai proyek besar yang mendukung pertumbuhan energi hijau.
Sebagai contoh, proyek PLTS terapung terbesar di Asia Tenggara di Waduk Cirata, Jawa Barat, kini telah mulai beroperasi penuh pada awal 2025. Proyek ini tidak hanya memasok listrik ramah lingkungan, tetapi juga menjadi percontohan untuk pemanfaatan ruang air yang tidak mengganggu lahan produktif.
Dampak Lingkungan dan Sosial
Distribusi energi hijau Indonesia didominasi dua sumber bukan tanpa tantangan. PLTA yang berskala besar kadang menimbulkan isu lingkungan seperti perubahan ekosistem sungai dan konflik lahan. Namun, dengan pendekatan yang lebih partisipatif dan penerapan AMDAL yang ketat, sebagian besar proyek baru mampu mengurangi dampak negatifnya.
Di sisi lain, PLTS justru memberikan peluang besar bagi masyarakat lokal untuk berpartisipasi. Program desa mandiri energi yang menggunakan panel surya di atap rumah, sekolah, dan fasilitas publik telah menjangkau lebih dari 1.200 desa pada awal tahun ini.
Potensi Energi Terbarukan Lain yang Mulai Tumbuh
Meski distribusi energi hijau Indonesia didominasi dua sumber utama, potensi dari biomassa, panas bumi (geothermal), dan angin juga mulai dikembangkan. Indonesia memiliki potensi panas bumi terbesar kedua di dunia, dan proyek-proyek baru di Sumatera dan Sulawesi menunjukkan tren peningkatan investasi.
Di kawasan pantai selatan Jawa, turbin angin mulai diuji coba sebagai bagian dari diversifikasi energi hijau nasional. Pemerintah juga sedang menyusun roadmap untuk hydrogen green fuel yang digadang-gadang akan menjadi energi masa depan.
Dukungan Internasional dan Kolaborasi Global
Indonesia juga mendapat dukungan dari berbagai lembaga internasional seperti IRENA, ADB, dan World Bank untuk mempercepat transisi energi bersih. Kolaborasi dengan negara-negara seperti Jerman, Jepang, dan Norwegia berperan penting dalam transfer teknologi dan pembiayaan proyek hijau.
Sebagai bagian dari komitmen Perjanjian Paris, Indonesia berambisi mencapai 23% bauran energi terbarukan pada 2025 dan net zero emission pada 2060. Dominasi PLTS dan PLTA dalam distribusi energi hijau Indonesia menjadi fondasi kuat menuju target ini.
Artikel Terkait: Pengelolaan Tambang Rakyat Koperasi Wajib Diatur DPR.
Meta Deskripsi:
Distribusi energi hijau Indonesia didominasi dua sumber utama: PLTS dan PLTA. Bagaimana dampaknya terhadap masa depan energi berkelanjutan Indonesia? Baca selengkapnya!
Penutup: Arah Energi Hijau Indonesia ke Depan
Dengan distribusi energi hijau Indonesia didominasi dua sumber utama yaitu PLTS dan PLTA, masa depan energi nasional menuju arah yang lebih berkelanjutan. Langkah ini bukan hanya soal menjaga lingkungan, tetapi juga menciptakan keadilan energi bagi seluruh masyarakat Indonesia.
Melalui pemerataan distribusi, sinergi antara sektor publik-swasta, serta dukungan global, Indonesia berada di jalur yang tepat menuju transisi energi bersih.